BAB I
PENDAHULUAN
- Latar belakang
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan
haima yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit
yang disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika
seldarah yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan
mengganggupembelahan sel darah normal.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000
kasus/tahun dengan angkakematian mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari
International Cancer Parent Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari
setiap 1 juta anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya
disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa angka
kematian di AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun
1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa
menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan
meninggal dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).
- Tujuan penulisan
1.
Tujuan Umum
Dapat menerapkan asuhan
keperawatan pada anak dengan masalahkesehatan terutama leukemia
2.
Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dan
keluarga dengan masalah leukemia.
b.
Mahasiswa mampu menganalisa data dengan masalah
leukemia.
c.
Mahasiswa mampu menyusun rencana dan interfensi
keperawatanterhadap klien dengan leukemia.
d.
Mahasiswa
mampu melakukan implementasi
sesuai denganinterfensi
keperawatan yang telah disusun.
e.
Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap
implementasikeperawatan yang telah dilaksanakan.
BAB
II
KONSEP
DASAR MEDIS
A. Pengertian
Leukemia
adalah suatu penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari
sel-sel hematopoietik.
B. Etiologi
Penyebab leukemia masih
belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil penelitian, orang
dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit
leukemia.
a. Host
1) Umur,
jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan
bervariasi menurut umur. LLA merupakan leukemia paling sering ditemukan pada
anak-anak, dengan puncak insiden antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada umur
15-39 tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara umur 30-50 tahun. LLK
merupakan kelainan pada orang tua (umur rata-rata 60 tahun). Insiden leukemia
lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih
tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok
kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua
jenis kanker. Menyerang 9 dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap
tahun. Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak.
Leukemia terjadi paling sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada
anak-anak, hal itu terjadi paling sering sebelum usia 4 tahun.
2) Faktor
Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita
sindrom down adalah 20 kali lebih banyak daripada normal. Kelainan pada
kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga
meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya agranulositosis
kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia
Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D.
Pada sebagian penderita dengan leukemia,
insiden leukemia meningkat dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia
pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali.19 Selain itu, leukemia juga dapat
terjadi pada kembar identik.
Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008)
di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang yang memiliki
riwayat keluarga positif leukemia berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75;
CI=1,32-10,99) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali
memiliki riwayat keluarga positif leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak
menderita leukemia.
b. Agent
1) Virus
Beberapa virus tertentu sudah
dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang. Ada beberapa hasil penelitian
yang mendukung teori virus sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu enzyme
reserve transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti
diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe
C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa
virus merupakan etiologi terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia)
dan retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur
pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada
propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara
Negro Karibia dan Amerika Serikat.
2) Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan
faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan leukemia. Angka kejadian
LMA dan LGK jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum
proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai
risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja
di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang hidup setelah ledakan
bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi LMA dan LGK sampai 20 kali lebih
banyak. Leukemia timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut
terjadi. Begitu juga dengan penderita ankylosing spondylitis yang diobati
dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai insidens 14 kali lebih banyak.
3) Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene,
arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko
terkena leukemia.18 Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi penyebab leukemia
(misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia nonlimfoblastik akut.
Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran
dengan desain case control menunjukkan bahwa orang yang terpapar benzene dapat
meningkatkan risiko terkena leukemia terutama LMA (OR=2,26 dan CI=1,17-4,37)
artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar benzene
dibandingkan dengan yang tidak menderita leukemia.
4) Merokok
Merokok merupakan salah satu
faktor risiko untuk berkembangnya leukemia. Rokok mengandung leukemogen yang
potensial untuk menderita leukemia terutama LMA.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa
merokok meningkatkan risiko LMA. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan
desain case control memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10 tahun
meningkatkan risiko kejadian LMA (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang yang
menderita LMA kemungkinan 3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding
dengan orang yang tidak menderita LMA. Penelitian di Los Angles (2002),
menunjukkan adanya hubungan antara LMA dengan kebiasaan merokok. Penelitian
lain di Canada oleh Kasim menyebutkan bahwa perokok berat dapat meningkatkan
risiko LMA. Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang yang merokok
tergantung pada frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.
c. Lingkungan
(Pekerjaan)
Banyak penelitian menyatakan adanya
hubungan antara pajanan pekerjaan dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah
penelitian yang dilakukan di Jepang, sebagian besar kasus berasal dari rumah
tangga dan kelompok petani. Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case
control meneliti hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa, pegawai, ibu rumah
tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien tersebut, 26%
adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan 17% adalah petani. Berdasarkan
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang bekerja di pertanian atau
peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia (OR = 2,35, CI = 1,0-5,19), artinya
orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali bekerja di pertanian atau
peternakan dibanding orang yang tidak menderita leukemia.
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada
penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
a. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah
merah kurang akibat dari kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah merah.
Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit,
jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami pucat,
mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
b. Suhu
tubuh tinggi dan mudah infeksi
Disebabkan karena adanya penurunan
leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang
berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara
optimal.
c. Perdarahan
Tanda-tanda
perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti gusi,
hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia.
Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar
trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.
d. Penurunan
kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi
sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang
sampai koma.
e. Penurunan
nafsu makan
f. Kelemahan
dan kelelahan fisik
D. Patofisiologi
Klasifikasi leukemia dibagi menjadi menjadi 2 kelompok besar, yang
ditandai dengan ditemukannya sel darah putih matang yang menyolok – agranulosit
(leukemia granuosit/mielositi) atau limfosit
( limpfositik ). Klasifikasi ini didasarkan pada morfologis diferensiasi sel dan pematangan sel-sel leukemia
predominan di dalam sum-sum tulang dan
sitokimiawi (Gralnick, 1977; Dabich, 1980, Price,1995). Kalsifikasi ini juga
dapat dijadikan suatu gambaran varian dalam manifestasi klinik, prognosis dan pengobatannya.
Walaupun leukemia menyerang kedua jenis kelamin, tetapi pria terserang
sedikit lebih banyak dibanding wanita. Leukemia limfositik, terutama akut
menyolok pada anak-anak umur kurang dari 15 tahun, dengan puncaknya pada umur
2-4 tahun.
Penyebab leukemia secara jelas hingga saat ini belum diketahui dengan
pasti, tetapi pengaruh lingkungan dan genetik diperkirakan memegang peranan
penting. Faktor genetik dapat dilihat
pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar monozigot. Faktor lingkungan berupa kontak dengan
radiasi ionisasi disertai manifestasi leukemia timbul bertahun-tahun kemudian.
Zat kimia misalnya : benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen
antineoplastik, dikaitkan dengan frekwensi yang meningkat , khususnya agen
alkil. Agent virus HTLV-1 dari leukemia
sel T sejak lama dapat menyebabkan timbulnya leukemia.
Leukemia akut baik granulositik atau mielositik merupakan jenis leukemia yang banyak terjadi
pada orang dewasa. Manifestasi klinis berkaitan dengan berkurangnya atau tidak
adanya sel hematopoietik (Clarkson, 1983).
Tanda dan gejala leukemia akut berkaitan dengan netropenia dan
trombositopenia. Ini adalah infeksi berat yang rekuren disertai timbulnya tukak
pada membrana mukosa, abses perirektal, pnemonia, septikemia disertai
menggigil, demam, tachikardi dan tachypnea.
Trombositopenis menyebabkan perdarahan yang tak terkontrol. Tulang
mungkin sakit dan lunak. Anemia bukan merupakan manifestasi awal disebabkan
karena umur eritrosit yang panjang. Gejala anemia berupa pusing, malaise, dan
dispnea waktu kerja fisik yang melelahkan. Pensitopenia dapat terjadi setelah
dilakukan kemoterapi.
Leukemia limfositik akut (LLA), paling sering menyerang anak-anak dibawah
15 tahun dan mencapai puncaknya pada umur 2-4 tahun. Manifestasi LLA berupa
proliferasi limfoblas abnormal dalam sum-sum tulang dan tempat ekstra medular
seperti kelenjar limfe dan limpa. Tanda
dan gejala dikaitkan dengan penekanan pada unsur – unsur sum-sum tulang normal.
Karena itu, infeksi, perdarahan dan anemia merupakan manifestasi utama. Tanda
lain berupa limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri tulang, sakit kepala,
muntah, kejang, gangguan penglihatan.
Data laboratorium berupa leukositosis, limfositosis, trombosit dan sel
darah merah rendah, hiperseluler sum-sum
tulang belakang
E. Pathway
F. Komplikasi
a. Anemia
(kurang darah) : hal ini dikarenakan produksi sel darah merah kurang atau
akibat perdarahan
b. Terinfeksi
berbagai penyakit : hal ini dikarenakan sel darah putih yang ada kurang
berfungsi dengan baik meskipun jumlahnya berlebihan tetapi sudah berubah
menjadi ganas sehingga tidak mampu melawan infeksi dan benda asing yang masuk
ke dalam tubuh. Di samping itu, pada leukimia, obat-obatan anti leukimia
menurunkan kekebalan.
c. Perdarahan
: hal ini terjadi sebagai akibat penekanan sel leukimia pada sum-sum tulang
sehingga sel pembeku darah produksinya
berkurang.
d. Gangguan
metabolisme
· Berat badan
turun
· Demam tanpa
infeksi yang jelas
· Kalium dan
kalsium darah meningkat, malahan ada yang rendah
· Gejala asidosis
sebagai akibat asam laktat meningkat
e. Penyusupan
sel leukimia pada organ-organ:
· Terlihat organ
limpa membesar
· Gejala gangguan
saraf otak
· Gangguan
kesuburan
· Tanda-tanda
bendungan pembuluh pembuluh darah paru
G. Data penunjang
Penghitungan sel darah :
-
Normocitic, normokromik anemia
-
Hb < 10 g/100 ml
-
Retikulosit :
rendah
-
Platelet count : < 50.000/mm
-
WBC > 50.000/cm (Shift to left) tampak blast sel
leukemia
-
PT/PTT memanjang
-
LDH meningkat
-
Serum asam urat dalam urine : meningkat
-
Serum lysozym : meningkat terutama pada acut monosit
dan myelosit leukemia.
-
Serum tembaga : meningkat
-
Serum Zinc : menurun
-
Biopsi Bone Narrow: abnormal WBC lebih dari 50 %, lebih
dari 60 % - 90 % blast sel,
-
Chest X- Ray : Pembesaran hepar dan lien
-
Lymp node biopsy : tampak pengecilan
BAB III
KONSEP
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
SISTEM
|
DATA SUBYEKTIF
|
DATA OBYEKTIF
|
Aktivitas
|
Lesu, lemah, terasa payah,
merasa tidak kuat untuk melakukan aktivitas sehari-hari
|
Kontraksi otot lemah
Klien ingin tidur terus dan
tampak bingung
|
Sirkulasi
|
Berdebar
|
Tachycadi, suara mur-mur jantung,
kulit dan mukosa pucat, defisit saraf cranial terkadang ada pendarahan
cerebral.
|
Eliminasi
|
Diare, anus terasa lebih lunak,
dan terasa nyeri. Adanya bercak darah segar pada tinja dan kotoran
berampas, Adanya darah dalam urine dan
terjadi penurunan output urine.
|
Perianal absess, hematuri.
|
Rasa nyaman
|
Nyeri abdominal, sakit kepala,
nyeri persendian, sternum terasa lunak, kram pada otot.
|
Meringis, kelemahan, hanya berpusat pada diri sendiri.
|
Rasa aman
|
Merasa kehilangan kemampuan dan
harapan, cemas terhadap lingkungan
baru serta kehilangan teman.
Riwayat infeksi yang berulang,
riwayat jatuh, perdarahan yang tidak terkonrol meskipun trauma ringan.
|
Dpresi, mengingkari, kecemasan,
takut, cepat terangsang, perubahan mood dan tampak bingung.
Panas, infeksi, memar, purpura,
perdarahan retina, perdarahan pada gusi, epistaksis, pembesaran
kelenjar limpa, spleen, atau hepar, papiledema dan exoptalmus,
|
Makan dan minum
|
Kehilangan nafsu makan, tidak
mau makan, muntah, penurunan berat badan,
nyeri pada tenggorokan dan sakit pada saat menelan.
|
Distensi abdomen, penurunan
peristaltic usus, splenomegali, hepatomegali, ikterus, stomatitis, ulserasi
pada mulut, gusi membengkak (acute monosit leukemia).
|
Sexualitas
|
Perubahan pola menstruasi,
menornhagi. Impoten.
|
|
Neurosensori
|
Penurunan kemampuan koordinasi,
perubahan mood, bingung, disorientasi, kehilangan konsentrasi, pusing,
kesemutan, telinga berdenging, kehilangan rasa
|
Peningkatan kepekaan otot,
aktivitas yang tak terkontrol.
|
Respirasi
|
Nafas pendek,
|
Dyspnoe, tachypnoe, batuk, ada
suara ronci, rales, penurunan suara nafas.
|
Belajar
|
Riwayat terpapar bahan kimia
seperti benzena, phenilbutazone, chloramfenikol, terkena paparan radiasi,
riawat pengobatan dengan kemotherapi.
Riwayat keluarga yang menderita keganasan.
|
|
B. Diagnose Keperawatan
1. Resiko
tinggi terjadi infeksi s.d penurunan daya tahan tubuh, prosedur invasive,
malnutrisi dan penyakit kronis.
2. Resiko
tinggi devisit cairan s.d kurang intake cairan, muntah, perdarahan, diare,
demam
3. Nyeri
s.d pembesaran organ intraabdominal, dan manifestasi dari kecemasan.
4. Keterbatasan
aktivitas s.d kelemahan, penurunan cadangan energi, suplay oksigen yang tidak
seimbang, terapi isolasi.
5. Kurangnya
pengetahuan tentang perjalanan penyakit,
prognosis dan pengobatan s.d kurangnya informasi, atau misinterprestasi.
- Intervensi Keperawatan dan Rasional
DX
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
2.
3.
4.
5
|
-
Tempatkan pada ruang khusus dan batasi pengunjung.
Awasi pemberian buah dan sayyur segar.
-
Lakukan protap pencucian tangan bagi setiap orang
yang kontak dengan klien
-
Monitor vital sign
-
Cegah peningkatan suhu tubuh dengan cara pemberian
cairan yang adekuat serta lakukan kompres hangat.
-
Lakukan pemeriksaan suara nafas dan batuk secara
teratur..
-
Pegang klien dengan lembut dan linen tetap kering dan
rapi.
-
Jaga integritas kulit, luka yang terbuka dan
kebersihan kulit dengan pembersih antibakteri.
-
Periksa mukosa mulut dan lakukan oral hygiene.
-
Jaga kebersihan kebersihan anus dan genital.
-
Awasi istirahat dan pola tidur klien secara ketat.
-
Berikan asupan makanan yang adekuat yang mengandung
cairan serta protein tinggi.
-
Lakukan tindakan kolaborasi:
-
Blood test count :
WBC dan Neutrofil.
-
Lakukan kulture
-
Pemberian antibiotik sesuai order.
-
Review serial X-Ray
-
Berikan makanan yang memiliki resiko tinggi
menimbulkan infeksi sperti yang sudah dimasak atau yang sudah diproses secara
higienes.
-
Monitor intake dan out-put
-
Tim bang berat badan
setiap hari
-
Monitor Tensi dan frekwensi jantung.
-
Evaluasi turgor kulit, capiler refill, dan kondisi
mukosa.
-
Perhatikan mukosa dari ptechie, ecchymosis,
perdarahan gusi.
-
Lakukan tindakan yang lembut untuk mencegah perlukaan
seperti menggunakan sikat gigi yang lembut, kapas swab, lakukan tepid sponge,
gunakan alat cukur elektrik.
-
Kolaborasi:
-
Lakukan pemasangan IV line
-
Monitor laboratorium Platelet, Hb/Ct, cloting.
-
Pemberian anti muntah
-
Pemberian Alluporinol
-
Kaji keluhan nyeri dengan skala nyeri (0 – 10)
-
Monitor vital sign dan kaji ekpresi nonverbal.
-
Jaga lingkungan agar tetap tenang
-
Kurangi stimulasi yang meningkatkan stress.
-
Letakkan pada posisi nyaman
-
Lakukan perubahan posisi secara periodic
-
Evaluasi koping mekanisme klien
-
Kolaborasi:
-
Kadar asam urat
-
Pemberian analgetik
-
Pemberian narkotik
-
Antianxiety
-
Kaji kelemahan tubuh klien dan ajak anak
berpartisipasi untuk bermain.
-
Berikan kesempatan istirahat dan tidur yang cukup
-
Berikan makanan selingan yang cukup selama
kemotherapi
-
Kolaborasi:
-
Antiemetik
-
Berikan oksigen
- Berikan penjelasan tentang patologi leukemia, tindakan
serta prognosenya.kepada keluarga
|
-
Untuk menjaga klien dari agent patogen yang dapat menyebabkan
infeksi.
-
Mencegah infeksi silang
-
Progresive hipertermia sebagai pertanda infeksi atau demam sebagai
efek dari pemakaian kemotherapi maupun tranfusi
-
Membantu menghilangkan demam yang dapat menimbulkan ketidak
seimbamgan cairan tubuh, ketidak nyamanan serta komplikasi CNS.
-
Mencegah sumbatan sekresi saluran pernafasan.
-
Mencegah eksoriasi.
-
Untuk mencegah infeksi local. (Luka biasanya tidak bernanah akibat
rendahnya kadar granulosit).
-
Jaringan mukosa mulut merupakan
medium bagi perkembangan bakteri.
-
Untuk mencegah terjadinya infeksi anal maupun genital.
-
Untuk konservasi energi bagi perkembangan sel-sel klien.
-
Untuk mempertahankan daya tahan tubuh klien dan keseimbangan cairan
tubuh kien.
-
Penurunan WBC merupakan kesimpulan dari proses
penyakit dan efek samping dari
pengobatan kemoterapi.
-
Untuk mengetahui sensitivitas kuman.
-
Untuk mencegah infeksi
-
Indikator dari perkembangan kondisi klien.
- Penurunan
volune cairan dapat menjadi prekusor kerusakan RBC sehingga dapat menimbulkan
kerusakan tubulus ginjal dan terbentuknya batu ginjal.
- Untuk
melakukan analisis tentang fungsi ginjal.
- Perubahan
dapat menjadi indikasi hipovolemia.
- Sebagai
indicator status dehidrasi.
- Penekanan bone narrow dan
produksi platelet yang rendah beresiko menimbulkan perdarahan yang tak terkontrol.
- Jaringan yang lemah, dan
mekanisme pembekuan yang abnormal sering menjadi penyebab perdarahan tak terkontrol.
- Untuk mempertahankan
kebutuhan cairan tubuh.
-
Jika platelet count < 20000/mm. Penurunan
Hb/Hct dapat menimbulkan perdarahan.
-
Mencegah hilangnya cairan melalui muntahan.
-
Mencegah
timbulnya nefropati
-
Untuk mempermudah intervensi dan observasi terhadap
-
Mengetahui efektivitas tindakan terhadap nyeri.
-
Meningkatkan kesempatan istirahat dan memperbaiki
koping mekanisme.
-
Mencegah rasa tidak nyaman pada persendian
-
Meningkatkan sirkulasi jaringan dan mobilitas sendi.
-
Untuk mengetahui kemampuan kontrol klien terhadap
nyeri.
- Mengkaji efek dari leukemia terutama pada fase pengobatan,
sehingga perlu dianalisa perlu tidaknya bantuan.
-
Untuk menyimpan energi dan perbaikan sel.
-
- Menyiapkan mental untuk tindakan menghadapi
kasus yang diderita anaknya.
|
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
Leukemia adalah suatu jenis kanker darah. Gangguan ini
disebabkan olehsel darah putih yang diproduksi melebihi jumlah yang seharusnya
ada. Leukemiaakut pada anak adalah suatu kelainan atau mutasi pembentukan sel
darah putiholeh sumsum tulang
anak maupun gangguan
pematangan sel-sel tersebutselanjutnya. Gangguan ini
sekitar 25-30% jumlahnya
dari seluruh keadaankeganasan yang didapat pada anak.
Leukemia ada 4 jenis berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan
selkanker yaitu Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik Kronik
(LMK), Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), dan Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
(Medicastore, 2009).
Gejala – gejala yang dirasakan antara lain
anemia,wajah pucat, sesak nafas, pendarahan gusi, mimisan, mudah memar,
penurunanberat badan, nyeri tulang dan nyeri sendi.
Penyebab utama penyakit kelainan darah ini sampai sekarang belumdiketahui
secara pasti, dan masih terus diteliti. Namun, faktor genetik berperancukup
penting pada beberapa penelitian yang dilakukan. Dengan kata lain,
adahubungannya dengan faktor keturunan, selain tentunya banyak faktor
penyebablain yang bervariasi sesuai kasus per kasus dan jenis subtipe yang
didapat.
Terapi yang diberikan pada penderita leukemia akut bertujuan untuk
menghancurkan sel-sel leukemia dan mengembalikan sel-sel darah yang
normal.Terapi yang dipakai biasanya adalah kemoterapi (pemberian obat melalui
infus),obat-obatan, ataupun terapi
radiasi. Untuk kasus-kasus
tertentu, dapat jugadilakukan transplantasi sumsum tulang
belakang.Mengenai kemungkinan keberhasilan terapi, sangat tergantung waktupenemuan
pertama penyakit si penderita. Apakah dalam stadium awal atau sudahlanjut,
subtipe penyakit, teratur tidaknya jadwal terapi yang dilakukan, timbul Relapse
(kambuh) atau tidak selama terapi maupun kemungkinan penyebab yangbisa
diperkirakan.
- Saran
Bagi keluarga sebaiknya
memahami bagaimana tatalaksana terapeutik untuk pasien leukemia agar
penyakitnya tidak memasuki stadium lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi
8. EGC.
Jakarta.
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3
Bagian I. Media Aesculapius, FKUI. Jakarta.
Perry & Potter. 2000. Buku Saku Keterampilan & Prosedur
Dasar edisi 3. EGC. Jakarta.